Kamis, 21 Oktober 2010

Bisnis Cokelat Tak Lekang Waktu

Cokelat sangat identik dengan perayaan hari tertentu, seperti Natal dan hari kasih sayang.
Hadi Suprapto, Anda Nurlaila

VIVAnews - Bisnis cokelat tidak pernah lekang waktu. Walaupun mengalami pasang surut, bila diseriusi usaha ini bisa mendatangkan keuntungan yang cukup besar.

Adalah Lati Hartati (35), perempuan yang sudah memulai bisnisnya selama tujuh tahun. Ibu tiga anak ini awalnya berusaha pada bidang bisnis kue kering. Banyaknya persaingan, sehingga Tati beralih ke usaha lain.
Setelah khatam kursus pembuatan cokelat, sekitar tujuh tahun lalu, tepatnya pada 2002, bersama sahabatnya, Ratih, ia memulai usaha cokelat. "Modalnya waktu itu sekitar Rp 200 ribu untuk beli bahan baku cokelat dan alat cetak," kata dia kepada VIVAnews.

Bahan baku cokelat yang murah, Rp 27 ribu per kilogram membuat kedua rekan kerja itu bisa menghasilkan sekitar 5 kilogram cokelat.

Pada masa awal produksi, Lati hanya membuat cokelat dengan dua warna dasar, cokelat dan putih. Cokelat itu dipasarkan di kalangan teman-teman dan rumahnya. Walaupun sempat menjalin kerja sama dengan super market, sistem pengembalian yang sangat lama membuatnya berpikir ulang. "Saya memilih menjual di rumah dan toko-toko saja," katanya.

Dia keliling menawarkan cokelat hasil produksinya di toko-toko makanan serta membuka gerai khusus di rumahnya yang sekaligus sebagai tempat kerja.

Usaha bersama ini terus berkembang dalam tujuh tahun. Kini produksi harian sudah mencapai belasan kilogram. Agar terus menarik dan mengikuti pasaran, dia selalu memperbaiki kualitas dan tampilan cokelat hasil buatannya yang diberi merek Beauty.

Cokelat berbentuk bunga mawar, atau berbagai bentuk boneka banyak dipesan sebagai suvenir dalam berbagai acara, seperti pernikahan, pertemuan, dan ulang tahun. "Ada juga yang membeli untuk acara seserahan pada pernikahan," tutur Lati.

Harga cokelat hasil buatan Lati dan Ratih bervariasi, antara Rp 3 ribu - Rp 35 ribu per kemasan. Untuk paket hantaran pernikahan ada yang mencapai Rp 200 ribu per paket.

Cokelat sangat identik dengan perayaan hari tertentu seperti Natal dan hari kasih sayang atau Valentine. "Saat Valentine dan Natal produksi cokelat mencapai 15 kilogram sekali produksi," katanya.

Omzet usaha Tati kini mencapai Rp 7 juta per bulan. Cukup sukses dengan usaha cokelatnya, Tati tak segan membagi ilmu dengan siapa saja yang juga ingin mempelajari pembuatan cokelat.

Kursus di bengkel cokelat sekaligus kediamannya di Bekasi bila ada yang ingin mengetahui seluk beluk pembuatan cokelat. "Kami ingin membuka kesempatan bagi yang ingin berusaha membuat cokelat," katanya.

• VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar